Tugas 2
Nama. :Liana Limbong
Nim. :190101071
Semester:3
Prodi : Pendidikan Agama Kristen
Selamat datang di blog ini✋😊.
&
Selamat membaca😉
A. PENGERTIAN INDIVIDU DAN KEBERAGAMAN KARAKTERISTIK INDIVIDU.
1. Pengertian Individu
Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. sejak lahir, bahkan sejak masih didalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan sifat kodrat manusia yang harus mendapat perhatian secara sesama.
2. Keberagaman Karakteristik Individu
Individu yang dimaksud dalam psikolagi adalah individu manusia, tetapi bukan manusia pada umumnya melainkan manusia tertentu, yaitu manusia yang memiliki ciri ciri yang khas atau spesifik. Ciri Ciri ini bukan hanya yang bersifat jasmani (fisik) tetapi juga rohani (spesifik).
Ada dua karakteristik utama dari individu manusia, yaitu pertama bahwa individu manusia itu unik dan kedua bahwa individu berada dalam proses perkemabangan serta perkembangan dinamis.
Perilaku kegiatan individu menyangkut hal hal yang dia sadari dan juga yang dia tidak sadar. Menurut Sigmund Freud dalam hidupnya individu tidak pernah berhenti melakukan kegiatan atau berperilaku. Kegiatan itu mungkin dilakukan secara sadar, tetapi mungkin juga setengah atau bahkan tidak sadar.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
Secara sepintas individu menunjukan persamaannya denan individu individu lainnya, tetapi secara lebih mendetail dapat dikatakan hampir tidak ada dua individu yang identik atau tepat sama. Perbedaannya hampir meliputi segenap aspek kehidupan individu.
Kalau kita memperhatikan aspek jasmaniah, sepintas kita melihat dua atau lebih individu menunjukkan ciri-ciri yang sama, umpamanya tinggi dan besar badannya sama, tetapi kalau kita perhatikan lebih jauh yang nampak adalah perbedaan perbedaan. Yang seorang berkulit sawo matang, yang lainnya kuning langsat, yang satu rambut keriting yang lain lurus, yang satu hidungnnya mancung dan yang lain agak pesek. Demikian juga dengan ciri-ciri rohani atau psikis, untuk satu atau dua ciri psikis mereka memiliki persamaan, tetapi untuk ciri2 lainnya hampir seluruhnya berbeda.
Memilik individu berbeda dalam kecerdassan, bakat dan kecakapan-kecakapan hasil belajarnya, berbeda pula dalam sikap, minat, emosi-perasaan, motif serta penghayatannya akan nilai – nilai, dia juga berbeda dengan kecakapan dan keterampilan fisik dan sosial. Berdasarkan kecerdasan tau intelegensinya mungkin seseorang termasuk kelompok jenius, pandai, normal, atau imbesi, dalam bakat mungkin dia berbakatdalam bidang sastra, musik, teknik, atau matematika, dalam ilmu dia sangat menguasai bidang ekonomi, hukum dll. Demikian juga dalam aspek afektif, mungkin seseorang mempunyai sikap yang sangat positife, dan sika negatif.
B. APLIKASI DALAM PENDIDIKAN
Perbedaan individu sudah pasti akan berdampak pada tingkat kecepatan, metode, dan aktivitas siswa dalam belajar dan mengikuti proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru perlu memahami dengan baik kondisi dan karakteristik belajar siswanya. Terdapat banyak program pengajaran yang dirancang sebagai dampak adanya perbedaan individu dalam belajar. Program-progam pengajaran berbasis perbedaan individual tersebut dirancang terutama berkaitan dengan tingkat kecepatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun demikian, yang paling dilaksanakan adalah remidial learning (pengajaran remidial), dan pembelajaran percepatan (accelerated learning)
1. Remidial learning (Pengajaran remidial)
Program pengajaran remidial merupakan bentuk pengajaran yang khusus diberikan pada siswa yang mengalami hambatan belajar. Siswa yang mengalami hambatan belajar dapat dilihat dari pencapaian prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan siswa satu kelas pada umumnya. Program remedial dapat dilakukan dengan cara memberikan jam pelajaran tambahan atau tugas tambahan baik secara individual ataupun kelompok sehingga mereka dapat mengejar ketertinggalan materi pelejaran dari kelas reguler.
Pelayanan pendidikan dan pembelajaran remidial dapat dilakukan sesuai dengan tipe beajar siswa, memampuan, umur, mental, dan bakat individu.
Pengajaran remidial diselenggarakan disekolah an dilakukan secara individual dengan program yang merupakan bagian tak terpisahkna dari kurikulum sekolah.
Pengajaran remedial hanya memberikan materi pelajaran yang hanya benar-benar tidak dipahami atau susah dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu adanya fokus materi pelajaran yang diberikan diharapkan dapat membantu siswa mengejar ketertinggalan materi pelajaran dan kembali mengikuti kelas reguler serta mencapai hasil belajar yang optimal.
a) Tujuan Pembelajaran Remedial
Tujuan pembelajaran remedial adalah agar siswa dapat:
1) Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi dan kesulitannya.
2) Mengubah dan memperbaiki cara-cara belajar yang lebih baik sesuai dengan jenis kesulitannya.
3) Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajar.
4) Mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya.
5) Mengembangkan sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang baik.
6) Melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan.
b) Fungsi Pembelajaran Remedial
Adapun fungsi pengajaran remedial adalah:
1) Fungsi korektif yakni mengadakan perbaikan atau pembetulan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
2) Fungsi Penyesuaian yakni membuat siswa mampu memahami diri dalam kemampuan dan keterampilannya.
3) Fungsi pengayaan yakni pengajuan perbaikan yang diharapkan mampu memperkaya pengetahuan.
4) Fungsi percepatan yakni perbaikan diharapkan akan dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran
Pembelajaran remedial merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan, selama dalam proses pendidikan itu terdapat standar yang harus dicapai oleh peserta didik
2. Accelerated learning (Pembelajaran Percepatan)
Program percepatan merupakan pemberian layanan program pembelajaran yang disesuaikan dengan bakat, kemampuan, tingkat kecepatan dalam belajar, dan kecerdasanistimea yang dimiliki siswa. Bentuk umum yang digunakan adalah dalam bentuk kenaikan kelas atau tingkat yang lebih cepat dari siswa pada umumnya sehingga siswa yang bersangkutan dapat menyelesaikan program pendidikan reguler dengan lebih cepat.
Accelerated Learning merupakan sebuah pendekatan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan pembelajaran di sekolah. Implementasi Accelerated Learning menurut Meier didasari oleh beberapa prinsip penting yaitu :
a) Belajar Melibatkan seluruh Pikiran dan Tubuh.
Belajar tidak hanya menggunakan “otak” (sadar, rasional, memakai “otak kiri”, dan verbal), tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya.
b) Belajar adalah Berkreasi, Bukan Mengonsumsi.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran terjadi ketika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan ketrampilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi elektrokimia baru di dalam sistem otak/tubuh secara menyeluruh.
c) Kerja Sama Membantu Proses Belajar.
Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan dari pada yang kita pelajari dengan cara lain manapun. Persaingan di antara pembelajar memperlambat pembelajaran. Kerja sama di antara mereka mempercepatnya. Suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya daripada beberapa individu yang belajar sendiri-sendiri.
d) Pembelajaran Berlangsung pada Banyak Tingkatan secara Simultan.
Belajar bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara linear, melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah-sadar, mental dan fisik) dan memanfaatkan seluruh saraf reseptor, indra, jalan dalam sistem total otak/tubuh seseorang. Bagaimanapun juga, otak bukanlah prosesor berurutan, melainkan prosesor paralel, dan otak akan berkembang pesat jika ia ditantang untuk melakukan banyak hal sekaligus.
e) Belajar Berasal dari Mengerjakan Pekerjaan Itu Sendiri (dengan Umpan Balik).
Belajar paling baik adalah dalam konteks. Hal-hal yang dipelari secara terpisah akan sulit diingat dan mudah menguap. Kita belajar berenang dengan berenang, cara mengelola sesuatu dengan mengelolanya, cara bernyanyi dengan bernyanyi, cara menual dengan menjual, dan cara memperhatikan kebutuhan konsumen dengan memperhatikan kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan konkret dapat menjadi guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotetis dan abstrak-asalkan di dalamnya tersedia peluang untuk terjun langsung secara total, mendapatkan umpan balik, merenung, dan menerjunkan diri kembali.
f) Emosi Positif Sangat Membantu Pembelajaran.
Perasaan menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar. Perasaan positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan, dan bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai, dan menarik hati.
Metode belajar dalam Accelerated Learning mengakui bahwa masing-masing individu memiliki cara belajar pribadi pilihan yang sesuai dengan karakter dirinya. Oleh karena itu, ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan gaya belajar pribadinya, maka berarti ia telah belajar dengan cara yang paling alamiah bagi diri sendiri. Sebab, yang alamiah menjadi lebih mudah, dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat, itulah alasan Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl menyebutnya cara belajar cepat. Ketika para guru menggunakan cetak biru enam langkah yang sama, maka mereka akan menjamin bahwa pengalaman belajar adalah lengkap. Dan ketika para guru bekerja dalam urutan langkah-langkah tersebut, maka mereka akan merasakan bahwa itu menyenangkan, efektif, dan cepat.
Pada dasarnya terdapat strategi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran dengan tetap memerhatikan perbedaan individual dalam belajar, seperti berikut:
1) Guru memahami gaya belajar siswa kemudian menyediakan lingkungan dan proses pembelajaran yang sesuai kebutuhan gaya belajar siswa.
2) Penyampaian materi didukung penggunaan multimedia dan multimetode.
3) Menggunakan pendekatan belajar eklektik dan fleksibel.
4) Guru menggunakan kombinasi cooperative learning, pembelajaran individual, pembelajran kelompok, pembelajaran berpuat pada guru, dan pembelajaran berpusat pada siswa.
5) Guru menggunakan alat-alat dan media pembelajaran yang mengandung multysensory untuk membantu siswa memperoleh, memproses, dan mempraktikan informasi yang diterima.
6) Guru memberikan umpan balik selama prooses pembelajaran dengan segera, konsisten, dan jelas.
7) Guru mengevaluasi pencapaian program belajar siswa berdasarkan tujuan atau syarat-syarat pencapaian yang telah ditentukan, melakukan observasi perilaku, dan juga keterlibatan siswa selama proses pembelajaran.
Kelainan Gangguan Kepribadian
A. Psikopat
Tidak ada yang tahu persis apa yang menyebabkan psikopat tetapi dapat menjadi kemungkinan berasal dari kombinasi faktor genetika, lingkungan dan interpersonal. Sebagai contoh, anak-anak psikopat lebih cenderung menjadi psikopat sendiri, menunjukkan pengaruh genetik.
Selain itu, beberapa pengalaman awal kehidupan telah terbukti meningkatkan risiko menjadi seorang psikopat. Pola asuh yang buruk, pola asuh yang berfokus pada hukuman (bukan hadiah) dan pola asuh yang tidak konsisten tampaknya membantu menyebabkan sifat psikopat. Faktor risiko tambahan untuk psikopati meliputi:
Penyalahgunaan zat oleh orang tua
Perpisahan dari orang tua atau kurangnya keterlibatan orang tua
Kekerasan fisik atau kelalaian anak
Tanda dan Gejala Psikopat: Penyebab Psikopat
Tanda-tanda dan gejala-gejala psikopati diidentifikasi paling umum dalam studi ilmiah; “scientific studies by Hare’s 20-item Psychopathy Checklist-Revised”. Berikut adalah gejala dan tanda-tanda psikopat:
Pesona dan kebahagiaan yang dangkal
Rasa harga diri meningkat
Kebutuhan konstan untuk stimulasi
Berbohong secara patologis
Menipu orang lain; menjadi manipulatif
Kurangnya penyesalan atau rasa bersalah
Emosi dangkal
Sifat berkulit tebal; kurangnya empati
Menggunakan orang lain (gaya hidup parasit)
Kontrol perilaku yang buruk
Perilaku seksual bebas
Masalah perilaku di awal kehidupan
Kurang realistis, tujuan jangka panjang
Menjadi impulsif
Tidak bertanggung jawab
Menyalahkan orang lain dan menolak untuk menerima tanggung jawab
Memiliki beberapa hubungan perkawinan
Kenakalan saat muda
Pencabutan pembebasan bersyarat
Tindak pidana di beberapa bidang (fleksibilitas kriminal)
Cara Pencegahan Psikopat
Hingga saat ini belum ada hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan psikopat. Namun demikian, setiap keluarga idealnya bisa menciptakan suasana yang penuh kasih sayang, jauh dari kekerasan, dan menumbuhkan kondisi yang baik untuk kesehatan mental saat membesarkan anak.
Ini merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi risiko seseorang, baik yang menyimpan faktor genetik ataupun tidak, menjadi psikopat di masa mendatang.
B. Skizofrenia
Skizofrenia adalah penyakit mental di mana kondisi penderitanya susah membedakan antara realita dengan apa yang mereka imajinasikan.
Penderita sering hidup dengan penuh imajinasi di kepalanya. Hal tersebut membuat penderitanya kadang tersenyum sendiri bahkan tertekan sendiri, tanpa didasari oleh suatu kejadian.
Efek dari penyakit ini bisa sangat fatal, karena penderita bisa saja mengalami kematian di usia yang muda. Penyakit skizofrenia bisa dibilang sangat berbahaya, karena bisa saja penderita akan lari ke obat-obatan terlarang seperti narkoba.
Berdasarkan data yang dirilis WHO diperkirakan ada 21 juta orang di dunia yang menderita skizofrenia. Sementara di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, bahwa dari 1.000 penduduk Indonesia ada 1 hingga 2 orang yang alami ganggunan jiwa. Gangguan jiwa tersebut termasuk ada penyakit skizofrenia.
Ciri dan Gejala Skizofrenia
1. Sulit konsentrasi
Penderita skizofrenia akan mengalami kesulitan konsentrasi, hal ini dikarenakan pikirannya penuh dengan hal-hal tidak nyata. Sulit konsentrasi yang dimaksud misalnya tidak nyambung diajak ngobrol, sering mengulang pertanyaan seperti, "bicara apa tadi".
2. Bicara Ngelantur Tidak Jelas
Penderita Skizofrenia juga akan mengalami bicara yang ngelantur tidak tentu arah. Hal ini dikarenakan apa yang mereka rasakan akan mengacaukan pikirannya perihal imajinasi yang tidak real itu.
Banyak pikiran tersebut membuat carut marut pikiran penderita. Alhasil, kadang malah penderita bicara sendiri dan bicara ngelantur. Hal ini mengindikasikan hal yang tidak real sedang menguasai pikirannya.
3. Diam terlalu lama bahkan sampai gelisah
Apabila pikiran lagi banyak dikelilingi oleh imajinasi, akan membuat orang tersebut bingung. Efeknya orang dengan penyakit skizofrenia, bisa saja diam di suatu tempat dan merenungi apa yang telah ia alami.
Namun bisa saja orang tersebut akan gelisah sekali, karena pikiran mereka carut marut sekali. Kegelisahan ini sangat berbahaya, kadang melakukan hal diluar nalar, seperti memecahkan piring, bahkan bisa saja sampai marah-marah tidak jelas ke orang yang belum ia kenal.
4. Halusinasi dan Delusi
Penderita skizofrenia akan sangat akrab dengan mendengar hal-hal yang tidak real, melihat hal-hal tabu, mencium aroma yang aneh hingga seperti berada di dimensi yang berbeda.
Hal tersebut sebenarnya hanyalah perihal apa yang sedang mereka pikirkan saja. Mereka memikirkan hal yang bersifat fantasi, menyebabkan halusinasi dan delusi.
Efeknya bisa membuat penderita tidak nyaman. Hal terburuk yang sering terjadi ialah penderita bisa bunuh diri.
5. Ketakutan pada tempat yang ramai
Penderita skizofrenia akan sangat takut dengan keramaian. Mengapa demikian? Karena penderita akan merasa pikirannya penuh dengan apa yang mereka lihat. Imajinasi saja sudah penuh apalagi ditambah dikerumuni orang-orang di keramaian.
Hal ini bisa menyebabkan penderita stres. Gejala ketakutan di tempat ramai akan menyebabkan penderita menarik diri dari lingkungan sosial serta tidak responsif terhadap lingkungan sekitar.
6. Penampilan diri tidak terurus dan minat terhadap hobi berkurang
Skizofrenia akan membuat penderita acuh terhadap sekitar, bahkan sama dirinya sendiri. Hal ini dikarenakan pikirannya penuh dengan hal-hal aneh yang tidak real.
Sehingga penampilan penderita sangat tidak terawat. Selain itu penderita akan kurang meminati hobinya dulu. Apa yang dihobikan akan secara pelan-pelan terlupakan dan digantikan imajinasi yang tiada henti.
Penyebab Penyakit Skizofrenia
1. Faktor keturunan
Penyakit skizofrenia ternyata disebabkan karena faktor genetik atau keturunan. Maksudnya penyakit ini dapat diwariskan, misalnya orang tua mengalami gangguan mental, maka bisa jadi anaknya mewarisi penyakit gangguan mental juga.
2. Faktor perlakuan saat hamil dan di saat persalinan
Penyakit skizofrenia bisa terjadi apabila saat ibu hamil kurang memberi nutrisi untuk kandungannya, terinfeksi virus, preeklamsia, diabetes dan pendarahan saat masa kehamilan.
Sementara pada proses persalinan yang kekurangan oksigen, berat badan sang bayi rendah, dan lahir prematur bisa jadi penyebab skizofrenia.
3. Cidera otak dan kurangnya sistem kekebalan tubuh
Penderita skizofrenia bisa dikarenakan cedera pada otak yang membuat struktur pada otak bergeser. Cidera otak yang dimaksud bisa seperti akibat jatuh ataupun kecelakaan.
Selain itu penderita skizofrenia bisa disebabkan kekurangan sistem kekebalan tubuh, seperti penyakit autoimun atau peradangan. Jadi pemberian vaksin dan juga obat kekebalan tubuh itu penting.
4. Stres
Stres bisa jadi biang keladi seseorang menderita skizofrenia. Stres bisa disebakan oleh penceraian, pemerkosaan, dan kasus-kasus psikologis lainnya.
Akibat stres tersebut bisa menjadikan orang lari ke obat-obatan terlarang seperti napza, kokain, amfetamin dan lain-lain.
Cara Mengobati Skizofrenia
1. Rawat penderita di rumah sakit jiwa
Rumah sakit jiwa bisa menjadi opsi alternatif untuk mengobati penderita. Hal ini dikarena penderita akan dirawat dan diperhatikan secara khusus. Kebersihan, nutrisi dan keamanan penderita akan terjaga oleh rumah sakit jiwa.
2. Antipsikotik
Sangat dianjurkan bagi penderita skizofrenia agar mengonsumsi obat antipsikotik. Obat antipsikotik ini akan membuat penderita lebih tenang dan mengurangi imajinasi. Obat antipsikotik sendiri ada dua macam yakni generasi pertama dan kedua.
Generasi pertama terdiri dari Aripiprazole, Asenapine, Brexpiprazole, Cariprazine, Clozapine, Ilorepidone, Lurasidone, Olanzapine, Paliperidone, Quetiapine, Risperidone, Ziprasidone. Sementara generasi kedua ialaj Chlorpromazine, Fluphenazine, Haloperidol, dan Perphenazine.
Perbedaan obat generasi pertama dan kedua ialah, generasi pertama lebih murah namun memiliki efek samping seperti gemetar, kedutan dan kejang otot. Sementara generasi kedua lebih mahal namun minim efeknya.
3. Terapi Kognitif
Pikiran yang carut marut nyatanya bisa ditata dengan terapi kognitif. Terapi kognitif merupakan pengobatan yang dilakukan untuk merapikan konsep pemikiran penderita. Dengan terapi kognitif, penderita akan dituntun untuk menemukan kebiasaan alam bawah sadarnya, sehingga akan menyadari apa yang ia lakukan salah.
Apabila cara pikirnya sudah sesuai logika, maka akan dilakukan terapi perilaku untuk membiasakan berperilaku yang baik dan menghilangkan pemikiran negatif. Penderita pelan-pelan akan dikenalkan dengan aktivitas-aktivitas bermanfaat seperti membuat suatu kerajinan.
Hal ini akan mendorong penderita menjadi normal seperti manusia lainnya.
C. Skizoaffectif
Gangguan skizoafektif merupakan gangguan jiwa ketika seseorang mengalami sekaligus kombinasi antara tanda dan gejala dari skizofrenia yang disertai tanda dan gejala dari gangguan suasana hati atau mood. Tanda dan gejala dari skizofrenia antara lain adalah halusinasi atau delusi. Sedangkan tanda dan gejala gangguan suasana hati misalnya depresi atau mania.
Terdapat dua tipe gangguan skizoafektif, yakni:
Tipe bipolar, yang mencakup episode mania dan terkadang depresi mayor
Tipe depresif, yang hanya mencakup episode depresi mayor
Gangguan skizoafektif dapat bervariasi dan tanda serta gejala yang timbul pada masing-masing orang bisa berbeda-beda. Gangguan skizoafektif yang tidak ditangani segera dapat menyebabkan berbagai gangguan fungsi pada pekerjaan, aktivitas bersekolah, dan situasi sosial.
Hal tersebut kemudian bisa menyebabkan rasa kesepian serta kesulitan untuk menjalani kegiatan sehari-hari. Penanganan kondisi ini dapat membantu mengendalikan tanda dan gejala yang mengganggu serta meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Gangguan skizoafektif merupakan gangguan jiwa ketika seseorang mengalami sekaligus kombinasi antara tanda dan gejala dari skizofrenia yang disertai tanda dan gejala dari gangguan suasana hati atau mood. Tanda dan gejala dari skizofrenia antara lain adalah halusinasi atau delusi. Sedangkan tanda dan gejala gangguan suasana hati misalnya depresi atau mania.
Terdapat dua tipe gangguan skizoafektif, yakni:
Tipe bipolar, yang mencakup episode mania dan terkadang depresi mayor
Tipe depresif, yang hanya mencakup episode depresi mayor
Beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan skizoafektif adalah:
Memiliki saudara kandung yang mengalami gangguan skizoafektif, skizofrenia, atau gangguan bipolar.
Mengalami satu atau beberapa kejadian dengan tingkat stres yang tinggi, yang kemudian memicu timbulnya tanda dan gejala gangguan.
Mengonsumsi obat-obatan psikoaktif atau psikotropika.
Gejala Skizoafektif
Tanda dan gejala gangguan skizoafektif dapat bervariasi pada setiap orang. Seseorang yang mengalami kondisi ini dapat menunjukkan gejala psikotik, seperti halusinasi atau delusi. Di samping itu, disertai pula tanda dan gejala dari gangguan suasana hati atau mood, baik tipe bipolar, maupun tipe depresif. Perjalanan gangguan skizoafektif umumnya ditandai dengan adanya siklus dari gejala yang berat diselingi oleh perbaikan atau gejala yang lebih ringan.
Tanda dan gejala dari gangguan skizoafektif bergantung dari tipenya, yakni tipe bipolar atau depresif. Biasanya mencakup gejala:
Delusi, yaitu memiliki kepercayaan yang salah akan sesuatu hal, walaupun terhadap bukti tersedia yang jelas-jelas menyanggahnya.
Halusinasi, yang dapat ditandai dengan mendengar suara atau melihat hal yang sebetulnya tidak ada.
Tanda dan gejala dari depresi, seperti merasa hampa, sedih, atau tidak berharga.
Periode manik yang ditandai dengan peningkatan energi yang tiba-tiba disertai dengan perilaku yang tidak seperti biasanya.
Gangguan komunikasi, seperti hanya menjawab pertanyaan secara sebagian atau memberikan jawaban yang sama sekali tidak berhubungan dengan pertanyaannya.
Gangguan fungsi okupasi, akademik, dan sosial.
Kesulitan dalam merawat diri sendiri, termasuk kebersihan dan penampilan fisik.
Diagnosis Skizoafektif
Diagnosis gangguan skizoafektif bisa ditetapkan lewat beberapa tahap, yaitu menyingkirkan kemungkinan adanya gangguan kesehatan jiwa lainnya. Lewat observasi dokter juga bisa menyimpulkan bahwa gejala yang dialami pasien bukan akibat dari penggunaan zat tertentu, pengobatan, atau adanya kondisi medis lain yang melatari.
Proses penentuan diagnosis gangguan skizoafektif dapat dilakukan dengan hal-hal berikut:
Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya masalah lain yang juga dapat menimbulkan gejala, serta untuk memeriksa adanya komplikasi lainnya.
Pemeriksaan penunjang dan skrining. Pemeriksaan ini mencakup tes untuk menyingkirkan adanya kondisi lain dengan tanda dan gejala yang serupa.
Dokter bisa melakukan skrining untuk melakukan pengecekan adanya kemungkinan penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Mungkin pula dokter akan memerlukan pemeriksaan pencitraan, seperti computerized tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI), bila dibutuhkan.Evaluasi psikiatri. Dokter atau tenaga profesional kesehatan jiwa dapat melakukan pemeriksaan status mental pasien dengan mengobservasi penampilan dan perilaku seseorang. Mereka akan mengamati cara berpikir, suasana hati atau mood, adanya delusi, halusinasi, penggunaan obat-obatan terlarang, dan potensi terjadinya bunuh diri. Pemeriksaan juga bisa mencakup diskusi seputar riwayat kesehatan pasien dan keluarga.
Kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif. Dokter atau tenaga profesional kesehatan jiwa dapat menggunakan kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif guna menetapkan diagnosis.
Penanganan Skizoafektif
Orang dengan gangguan skizoafektif umumnya menunjukkan respons yang baik terhadap kombinasi dari terapi obat-obatan, psikoterapi, dan pelatihan keterampilan hidup. Penanganan gangguan ini memang bisa bervariasi. Hal itu bergantung pada tipe dan derajat keparahan gejala, serta tipe gangguan skizoafektif yang dialami yaitu depresif atau bipolar.
Pada sebagian kasus, perawatan inap di rumah sakit sangat dibutuhkan. Sedangkan penanganan jangka panjang akan dibutuhkan untuk membantu mengatasi gejala yang muncul di kemudian hari.
Beberapa jenis penanganan yang umumnya dilakukan adalah:
Terapi obat-obatan. Secara umum, dokter dapat meresepkan pengobatan untuk gangguan skizoafektif yang bertujuan meredakan gejala psikotik, membuat mood lebih stabil, dan mengatasi depresi. Pengobatan tersebut dapat mencakup obat-obatan antipsikotik, obat untuk menstabilkan mood, serta antidepresan.
Psikoterapi. Selain terapi obat, psikoterapi juga dapat digunakan sebagai salah satu metode penanganan gangguan skizoafektif. Psikoterapi terdiri dari terapi perorangan dan kelompok.
Terapi perorangan bertujuan membantu mengarahkan pola pikir kembali normal, meredakan tanda dan gejala, serta membantu pasien untuk fokus pada perencanaan, masalah, dan relasi dengan orang lain.Psikoterapi juga bisa berupa terapi keluarga atau kelompok. Pada terapi ini, orang dengan gangguan skizoafektif dapat mendiskusikan masalah kehidupannya dengan orang lain dengan tetap dipantau oleh dokter ahli jiwa. Suasana kelompok yang bisa mendukung pasien dapat mengurangi keterasingan sosial pasien bersangkutan.
Pelatihan keterampilan hidup. Mempelajari keterampilan sosial dan vokasional dapat membantu menurunkan rasa terasing pasien serta meningkatkan kualitas hidupnya. Pelatihan keterampilan sosial biasanya fokus pada upaya peningkatan kemampuan interaksi sosial dan komunikasi.
Pasien juga akan dilatih untuk meningkatkan kemampuannya berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari. Keterampilan baru serta perilaku yang spesifik terhadap situasi tertentu, misalnya di rumah atau di tempat kerja, juga dapat dilatih.
Sedangkan rehabilitasi vokasional ditujukan untuk membantu orang dengan gangguan skizoafektif untuk mempersiapkan, mencari, dan mempertahankan pekerjaan.
Pencegahan Skizoafektif
Karena penyebab gangguan skizoafektif belum diketahui secara pasti, maka belum ada metode yang terbukti efektif secara sepenuhnya mencegah timbulnya gangguan.
NB:
Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Yang diajarkan oleh Bapak: Andrianus Nababan, M.Pd.K
Semoga bermanfaat ya☺️
0 Komentar